Tak mungkin tangan-tangan ini bergerak merangkai musim,
merubah kehijauan pohon menjadi bunga-bunga samurai.
Wahai Putri yang melintasi mimpi,
begitu saja arwahmu menghantuiku..
suara salju selalu saja memanggil namaku,
membuat bibirku gemetar, menggemetarkan mata-mata arwah.
Tapi aku pun selalu menyusup dalam kepekatan,
menyerupa ngengat yang mencari kunang-kunang,
atau kunang-kunang yang mencari kupu-kupu.
Wahai Sang Putri yang tersenyum anggun,
wajahmu cantik pada angan-angan yang bicara.
Dalam sela-sela diriku yang bergetar,
aku menatap kerinduan burung gereja yang sakit.
Udara di luar itu masih sangat bebas, luas.
kini sekawanan daun berusaha melayang
mencari kesegaran setangkai mawar.
Wahai Sang Putri yang menyimpan anggur,
setangkai mawar itu tiba-tiba saja melekat
dan tak mau jatuh pada rambutmu.
Kurasa aku mulai mengerti tentang segala kelembutan.
mimpiku adalah ziarah ke sebuah kebun
tempat kupu-kupu dan serangga lain
memainkan pesonanya.
Wahai Sang Putri yang menyegarkan kehijauan daun,
kini telah kutuai segelas kilapan warna.
mungkin mimpiku berubah menjadi kepekatan mata arwah.
dan kawanan kabut bersama burung-burung selatan, tiba.
setangkai mawar meggugurkan semua rindu dan kejernihan suara.
aku akan memetiknya.
Wahai Sang Putri yang bersandar di hatiku,
hari akan menjelma sore
dan sore menjadi malam,
dan malam semakin pekat.
maka siapakah yang sedia
membacakan sajak
bagi sebuah rumpun...
merubah kehijauan pohon menjadi bunga-bunga samurai.
Wahai Putri yang melintasi mimpi,
begitu saja arwahmu menghantuiku..
suara salju selalu saja memanggil namaku,
membuat bibirku gemetar, menggemetarkan mata-mata arwah.
Tapi aku pun selalu menyusup dalam kepekatan,
menyerupa ngengat yang mencari kunang-kunang,
atau kunang-kunang yang mencari kupu-kupu.
Wahai Sang Putri yang tersenyum anggun,
wajahmu cantik pada angan-angan yang bicara.
Dalam sela-sela diriku yang bergetar,
aku menatap kerinduan burung gereja yang sakit.
Udara di luar itu masih sangat bebas, luas.
kini sekawanan daun berusaha melayang
mencari kesegaran setangkai mawar.
Wahai Sang Putri yang menyimpan anggur,
setangkai mawar itu tiba-tiba saja melekat
dan tak mau jatuh pada rambutmu.
Kurasa aku mulai mengerti tentang segala kelembutan.
mimpiku adalah ziarah ke sebuah kebun
tempat kupu-kupu dan serangga lain
memainkan pesonanya.
Wahai Sang Putri yang menyegarkan kehijauan daun,
kini telah kutuai segelas kilapan warna.
mungkin mimpiku berubah menjadi kepekatan mata arwah.
dan kawanan kabut bersama burung-burung selatan, tiba.
setangkai mawar meggugurkan semua rindu dan kejernihan suara.
aku akan memetiknya.
Wahai Sang Putri yang bersandar di hatiku,
hari akan menjelma sore
dan sore menjadi malam,
dan malam semakin pekat.
maka siapakah yang sedia
membacakan sajak
bagi sebuah rumpun...